Matchadreamy

Memahami Pentingnya Transisi Energi di Acara ISEW 2023

Fitri Apriyani
Fitri Apriyani
Apa itu transisi energi? Mengapa itu penting, serta apa saja tantangan dan peluang transisi energi di masa depan.

Temen-temen, kamu pasti masih ingat kehebohan saat langit Jakarta tampak kelabu tertutupi polusi udara pada sekitar bulan Agustus 2023 lalu. Kondisi langit yang tidak cerah seperti semestinya mengindikasikan kalau kualitas udara di Jakarta buruk.

Dampak pencemaran udara yang terjadi di Jakarta bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pernapasan seperti ISPA, asma, bahkan kanker paru-paru.

Ada banya faktor yang menjadi penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta. Salah satunya adalah asap batu bara. Situs Greepeace.org menyebutkan bahwa bedasarkan studi Vital Strategies, hampir seperlima polusi berasal dari pembakaran batu bara.

Fakta ini tidak mengherankan mengingat Jakarta dihimpit oleh 8 PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dengan bahan bakar batu bara dalam radius 100 km.

Lebih parahnya lagi, lembaga penelitian Centre of Research on Energy and Clean Air (CREA) mencatat ada 118 fasilitas industri yang mengelilingi Jakarta serta tentu turut berkontribusi terhadap pencemaran udara.

Duh, kalau begini terus bisa-bisa generasi masa depan Indonesia akan terus dibayangi ancaman gangguan kesehatan pernafasan.

Potret kondisi udara di Jakarta | Greenpeace.org

Selain menghasilkan emisi karbon ke udara yang menyebabkan pencemaran, bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas yang biasa digunakan sebagai pembangkit listrik berpotensi habis jika digunakan terus-menerus.

Jika tidak dicarikan solusi dari sekarang, generasi mendatang terancam kehilangan sumber energi untuk keberlangsungan kehidupan.

Sejumlah pihak baik pemerintah maupun organisasi non-profit telah menyuarakan uregnsi transisi energi demi mengatasi permasalahan ini demi terwujudnya target net zero emission pada 2050 mendatang.

Upaya sosialisasi visi ini mulai dilakukan di antaranya melalui event yang digelar oleh German – Indonesian Energy Cooperation Hub (GIZ) bertemakan Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2023 yang diadakan di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta pada 13 Oktober 2023 lalu.

acara isew 2023

Sebagai orang awam, saya bersyukur sekali mendapat kesempatan untuk hadir di event tersebut sehingga bisa menambah wawasan tentang betapa urgennya isu ini.

Apa itu transisi energi? Mengapa itu penting dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan saya bahas pada tulisan ini. Baca sampai habis ya!

Apa Itu Transisi Energi?

Dikutip dari Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) Indonesia istilah “transisi” mengacu pada sebuah proses perubahan atau transformasi dari suatu kondisi tertentu ke suatu kondisi yang baru.

Dalam konteks energi, “transisi energi” mengacu pada perubahan penggunaan sumber energi dominan dari satu jenis ke jenis yang lain.

Transisi energi sendiri bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya keadaan pasar komoditas energi, kondisi geopolitik, dan dampak penggunaan energi terhadap alam dan lingkungan.

Mengapa Transisi Energi Penting?

Indonesia merupakan negara yang masih sangat bergantung dengan batu bara sebagai bahan bakar dalam proses ekonomi, khususnya industri.

Oleh karena itu, berbagai pihak di dalam maupun di luar negeri mendesak pemerintah Indonesia untuk segera bertransisi dari energi yang berasal dari fosil menuju energi terbarukan yang lebih bersih dan sustainable.

Terancamnya Ketahanan Energi

mengapa transisi energi penting

Persediaan engeri Indonesia yang didominasi oleh energi fosil yang terbatas dan tidak dapat diperbarui membuat skor ketahanan energi Indonesia rendah. Di masa depan Indonesia terancam tidak bisa memenuhi kebutuhan energi jika masih bergantung pada jenis energi fosil.

Secara ekonomi, ketergantungan pada energi fosil sangat erat kaitannya dengan perekonomia nasional. Sebagai contoh, industri tekstil dan pakaian di Indonesia berkontribusi sebesar 13,7 persen dari total PDB Indonesia di tahun 2022, atau setara dengan Rp 35,17 triliun (Rizaty, 2022).

Jika ketahan energi terganggu yang menyebabkan pasokan energi tidak dapat memenuhi kebutuhan energi untuk bekerja secara optimal, maka produktivitas industri akan turun.

Dampaknya, akan terjadi penuruan produktivitas 10 persen yang berimbas pada hilangnya sumber pendapatan perekonomian Indonesia sebanyak 9.57 triliun.

Angka ini baru diambil dari contoh industri tekstil, belum termasuk industri lainnya yang tidak kalah penting.

Artinya, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat berpotensi akan menurun jika ketahanan energi terganggu.

Alasan lain, harga energi fosil sangat fluktuatif dan seringkali mengalami kenaikan.

Jika harga terus meningkat hingga melampaui daya beli masyarakat, maka masyarakat bisa kehilangan akses sumber energi untuk bertahan hidup.

Sementara dalam aspek ramah lingkungan, pembakaran energi fosil merupakan penyumbang utama polusi udara yang mengancam kelestarian bumi serta makhluk hidup di dalamnya, termasuk manusia.

Lantas, apa saja tantangan dan peluang pengaplikasian transisi energi?

Tantangan Transisi Energi

1. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit

Salah satu tantangan terbesar dari upaya transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan adalah biaya yang tidak sedikit.

Pasalnya sumber dan teknologi energi terbarukan yang diketahui dapat menjadi solusi yang berkelanjutan, seperti energi angin atau matahari, secara umum masih terbilang mahal ketimbang energi fosil.

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah kebijakan Pemerintah Indonesia yang memberikan subsidi untuk batu bara agar harga batu bara menjadi rendah–bahkan lebih rendah daripada energi terbarukan.

2. Keterbatasan infrastruktur

Di Indonesia, potensi sumber energi terbarukan tersebar di seluruh nusantara. Sayangnya, kegiatan perekonomian masih terpusat di wilayah-wilayah tertentu saja, contohnya di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali).

Sedangkan, potensi energi baru dan terbarukan (EBT) 8 tertinggi berada di luar Jamali seperti di Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang aktivitas perekonomiannya tidak setinggi di Jamali.

Dengan keterbatasan infrastruktur interkoneksi jaringan listrik, akibatnya sumber energi terbarukan tidak sepenuhunya dapat digunakan secara efisien dan efektif di berbagai daerah.

3. Keahlian teknologi yang terbatas

Tidak seperti pemanfaatan energi fosil dengan menggunakan teknologi yang sudah banyak dikuasai, pemanfaatan energi terbarukan membutuhkan teknologi dan pengembangan proyek baru guna mengadopsi sistem penggunaan energi.

Untuk saat ini, Indonesia masih memiliki keterbatasan tenaga ahli dalam mengembangkan teknologi energi terbarukan.

Sebenarnya jika ditinjau dari segi ekonomi, teknologi engeri terbarukan semakin kompetitif di kancah global dalam beberapa tahun terakhir.

Namun sayangnya investasi terhadap teknologi dan proyek energi terbarukan di Indonesia cenderung masih rendah.

Di antara penyebabnya adalah kurangnya informasi bagi investor tentang resiko dan benefit dari proyek energi terbarukan.

Kondisi ini ditambah dengan minimnya dukungan kebijakan pemerintah dalam memberikan jaminan rasa aman bagi investor yang berinvestasi di energi terbarukan.

4. Kebijakan dan politik

Sebab masalah energi merupakan sektor vital yang berkaitan erat dengan hajat hidup masyarakat, maka aspek kebijakan dan politik memiliki peran penting dalam transisi energi.

Oleh karena itu pembuatan kebijakan publik terkait transisi energi memerlukan proses yang teliti, tepat, dan cermat.

Namun, perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah kerap menghambat investor untuk berkomitmen pada proyek energi terbarukan dalam jangka panjang.

Belum lagi hal lain seperti birokrasi yang cenderung memperlambat proses investasi dan berpotensi meningkatkan biaya proyek energi terbarukan.

Peluang Transisi Energi

Selain tantangan, transisi energi juga memberikan peluang bagi beberapa aspek kehidupan.

1. Membuka lapangan pekerjaan hijau (green jobs)

peluang green jobs

Seiring dengan berkembangnya sektor energi terbarukan, maka akan terbuka pula peluang kesempatan pekerjaan hijau (green jobs).

Misalnya, dengan dibangunnya bendungan sebagai pembangkit listrik air (hidro) maka akan dibutuhkan banyak insinyur sipil dan lingkungan, serta teknisi kelistrikan yang menguasai energi terbarukan.

Tidak hanya teknisi dan insinyur, masih ada banyak lagi jenis green jobs di bidang lain seperti sektor seni, sosial, maupun ekonomi.

Contohyang saat ini sudah mulai berkembang adalah desainer fesyen berkelanjutan, arsitek spesialis bangunan hijau, pekerja pariwisata berkelanjutan, hingga pembuat kebijakan dengan spesialisasi keberlanjutan lingkungan.

Koaksi Indonesia memperkirakan akan terbuka 15 juta lapangan pekerjaan hijau baru pada 2045.

2. Meningkatkan investasi di dalam negeri

Selain dari sisi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui lapangan pekerjaan hijau, transisi energi dapat meningkatkan investasi dan penanaman modal asing di dalam negeri.

Hal ini telah disebutkan sebelumnya, bahwa tuntutan untuk transisi energi di Indonesia tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.

Jika Indonesia turut mendukung transisi energi dan membuka diri terhadap dukungan internasional, maka akan membuka peluang meningkatnya investasi engeri terbarukan di dalam negeri.

Dari segi makroekonomi, peningkatan investasi akan memberikan kontribusi positif pada perekonomian nasional.

3. Perbaikan kualitas hidup dan lingkungan

Beralihnya penggunaan energi dari berbasis fosil yang menghasilkan emisi dan Gas Rumah Kaca (GRK) ke energi terbarukan yang lebih bersih dalam jangka panjang  akan memitigasi dampak perubahan iklim.

Dengan memanfaatkan energi terbarukan, sistem ketenagalistrikan di Indonesia diperkirakan akan mencapai kondisi nol emisi pada tahun 2060, serta mendukung mitigasi peningkatan suhu global dibawah 1,5° Celsius.

Turunnya emisi GRK dan mitigasi perubahan iklim dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan, di antaranya:

  • Meningkatkan kualitas kesehatan karena berkurangnya polusi udara
  • Terjaminnya ketersediaan pangan karena terhindar dari gagal panen yang sering disebabkan oleh perubahan cuaca ekstrem
  • Terhindar dari bencana banjir, longsor, dan badai yang disebabkan oleh perubahan iklim
  • Terjaminnya ketersediaan air bersih untuk konsumsi karena terhindar dari bencana kekeringan
  • Terjaminnya tempat tinggal di daratan karena terhindar dari meningkatnya permukaan air laut

4. Ketahanan energi

Dengan menggunakan energi terbarukan yang tersebar di seluruh nusantara dalam jumlah yang melimpah, maka Indonesia akan terbebas dari ketergantungan terhadap energi fosil yang jumlahnya terbatas.

Indonesia juga dapat memastikan masyarakat memiliki akses atas energi yang bersih, terjangkau dan berkelanjutan.

Terutama bagi masyarakat di daerah terpencil yang sering kali mengalami keterbatasan atas akses energi listrik yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Hal yang Dapat Kita Lakukan untuk Mendukung Transisi Energi di Indonesia

Nah, sudah paham kan urgensi transisi energi di Indonesia untuk masa depan?

Sebagai masyarakat kita juga memiliki peran penting dalam mendukung proses transisi energi ini. Berikut hal yang dapat kita lakukan dalam mendukung transisi energi di Indonesia.

1. Mengubah kebiasaan untuk menjadi lebih hemat dalam menggunakan energi

cara hemat energi

Terdengar klide, namun mengubah kebiasaan menjadi lebih hemat energi itu sangat penting sebagai bentuk dukungan kita dalam menjaga bumi.

Mulailah dengan kebiasaan yang sederhana seperti mematikan lampu maupun AC jika sudah tidak diperlukan.

Hal lain yang bisa kita lakukan yaitu memilih penggunaan alat elektronik dengan teknologi hemat energi untuk menjalankan fungsi yang sama.

Misalnya dengan memilih bohlam lampu LED dibandingkan dengan lampu pijar yang mengkonsumsi lebih banyak daya listrik serta harus lebih sering diganti.

Lampu LED telah melibatkan teknologi sehingga hanya menggunakan listrik 25 sampai 80 persen lebih sedikit, dan bisa bertahan hingga 25 kali lebih lama daripada lampu tradisional.

Cara ini bisa juga berlaku dalam pemilihan alat elektronik lain seperti lemari es, AC, atau lainnya.

2. Bijak dalam bermobilisasi

Sudah bukan rahasia lagi kalau emisi yang berasal dari transportasi menyebabkan pencemaran udara.

Namun, bukan berarti lantas kita tidak boleh memanfaatkan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi.

Yang bisa kita lakukan adalah dengan bijak dalam bermobilisasi. Yaitu dengan mengurangi mobilisasi jika tidak diperlukan.

Jika harus melakukan mobilitas, sangat disarankan untuk beralih ke penggunaan transportasi umum, jalan kaki, penggunaan sepeda, atau ride–sharing.

3. Bijak memilih sumber energi

Menggunakan panel surya bisa sebagai sumber energi listrik di rumah bisa menjadi opsi yang bagus dalam mendukung transisi energi.

Meski memerlukan biaya relatif besar saat pemasangan, penggunaan panel surya memiliki kelebihan yang bisa dinikmati dalam jangka panjang.

Tidak hanya secara pribadi, tetapi juga secara lebih luas bagi lingkungan dan bumi.

Saya pribadi sangat bercita-cita bisa mengaplikasikan panel surya di rumah saya kelak.

4. Melakukan kolaborasi antarmasyarakat

Terakhir namun tidak kalah penting adalah dengan terlibat aktif dalam menyuarakan kampanye transisi energi baik di media sosial, blog, atau di forum kepenulisan seperti Kompasiana dan yang lainnya.

Selain secara individu, kita juga bisa berkolaborasi dengan seniman, aktivis, politisi, dan institusi pendidikan untuk menunjukkan bagaimana dunia saat ini berada dalam keadaan darurat iklim.

Cara lain yaitu dengan berpartisipasi dalam kampanye-kampanye offline lainnya seperti melalui penelitian, pameran, aksi kolektif, atau event seperti ISEW 2023 yang saya dan teman-teman blogger hadiri.

Kampanye juga dapat dimulai dari skala kecil seperti lingkungan tempat tinggal, sekolah atau kampus, komunitas, hingga lebih luas lagi.

Tidak ada batas kreativitas dalam bentuk kampanye selama tujuan dan cara yang kita lakukan bersifat positif dan tidak merugikan orang lain.

Kesimpulan

Transisi energi di Indonesia merupakan agenda milik semua lapisan masyarakat, sebab menyangkut hajat hidup setiap orang.

Meski pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat besar perannya, namun berhasil atau tidaknya upaya ini tetap ditentukan oleh masyarakat.

Transisi energi baru bisa dibilang berhasil ketika penggunaan dan pemanfaatannya secara aktif dilakukan oleh, dari, dan untuk masyarakat itu sendiri.

Pada akhirnya, transisi energi ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat, maka transisi energi yang dibutuhkan adalah transisi energi terhadap energi yang bersih, terjangkau dan berkelanjutan untuk semua lapisan masyarakat.

Untuk mencapainya, maka semua aktor baik pemerintah, swasta, akademisi, investor, anak muda, hingga masyarakat sipil perlu bergerak bersama dan menjalankan perannya masing-masing.

Demi mendukung kampanye transisi energi ini, kamu bisa follow akun Instagram @energibersih.ftw dan @energytransition.id

Yuk, dukung transisi energi ini dari hal kecil yang bisa kita lakukan!

Sampaikan dukunganmu di kolom komentar ya! 😀

About The Author

Fitri Apriyani

You may also like