Matchadreamy

Pengalaman Menginap di Hotel Marriot Mekkah dan Keunikannya

Fitri Apriyani
Fitri Apriyani
Cerita pengalaman pertama menginap di hotel yang ada di Mekkah selama ibadah umroh. Ada beberapa hal unik yang gak ada di hotel di Indonesia. Apa saja?

Pengalaman Menginap di Hotel Marriot Mekkah dan Keunikannya — Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan saat hendak berangkat umroh adalah akomodasi, yaitu soal hotel tempat menginap selama berada di tanah suci.

Beberapa orang mungkin tidak terlalu mementingkan soal hotel penginapan.

Mereka memilih meminimalisir biaya akomodasi hotel demi menghemat ongkos umroh.

Sebagian yang lain menjadikan hotel sebagai bagian yang sangat penting dalam perjalanan ibadah umroh. Harga tidak masalah bagi mereka.

Sebab, hotel itu menyangkut kenyamanan—termasuk fasilitas dan jarak lokasi—saat beristirahat di sela-sela kesibukan beribadah.

Kalau saya dan suami termasuk yang pertegahan, hehe.

Bagi kami kenyamanan itu penting, namun yang penting adalah menginap di hotel yang sesuai budget.

Gak mau terlalu irit dan gak mau terlalu mewah juga—yang tidak sesuai dompet.

Nah, pada kesempatan umroh kemarin, saya dan suami menginap di Hotel Jabal Omar Marriot atau Hotel Marriot saat berada di kota suci Mekkah.

Ada beberapa hal unik yang saya temukan selama menginap di sana, yang mana tidak saya dapatkan saat menginap pada hotel lain di Indonesia.

Hotel Jabal Omar Marriot Mekkah

Berada di pusat kota Mekah, Jabal Omar Marriott Hotel hanya beberapa menit dari Gerbang Raja Fahad dan Masjidil Haram.

Menurut situs Trip.com, hotel ini termasuk bintang 5. Meskipun menurut paket umroh yang saya ambil di travel agent, hotel ini termasuk paket hotel bintang 4.

Namun, saat tiba dan melihat fasilitas Hotel Marriot ini, saya setuju bahwa sepertinya hotel ini termasuk bintang 5.

hotel marriot makkah

Bentuk bangunan Hotel Marriot Mekkah | Booking.com

Waktu itu saya dan rombongan jamaah umroh masih dalam keadaan berihrom setelah miqot di Bir Ali saat tiba di Hotel Marriot Mekkah sekitar jam 08.00 malam, setelah menempuh perjalanan dari Madinah sekitar 3 jam menggunakan kereta Haramain Express.

Otomatis badan kami lelah dan ingin istirahat. Apalagi saat di stasiun saya dan suami sempat beli kopi Strarbucks dan menyeruputnya selama di kereta.

Alhasil kami malah melek sepanjang perjalanan.

Agak menyesal juga sih sebenarnya, karena saat sampai Mekkah badan baru terasa beneran capek dan mengantuk.

Tapi malah gak bisa langsung tidur karena harus lanjut ibadah umroh segera setelahnya.

Sayangnya saat tiba di hotel pun, kami dan rombongan belum bisa langsung masuk ke kamar masing-masing karena di kamar yang dipesan masih ada tamu yang belum juga checkout. 

Jadilah kami menunggu di lobi hotel selama kurang lebih setengah jam, untuk kemudian dipersilakan makan malam di restoran hotel.

Kelar makan malam, kami baru bisa lanjut masuk kamar masing-masing di sekitar pukul 21.00.

Alhamdulillah, seenggaknya bisa rebahan dan tiduran walau cuma sejenak.

Review Hotel Jabal Omar Marriot Mekkah

Kamar

Saya dan suami mendapatkan kamar tipe Superior Guest Room dengan dua kasur Twin/Single Beds.

Sebenarnya kami agak kaget juga kenapa bisa dapat kamar yang single bed begini, karena biasanya kan dapat yang king bed.

Tapi gak masalah juga sih, yang penting nyaman untuk tidur walau harus terpisah dengan suami.

Saat masuk kamar saya agak terkesima karena kamarnya sangat luas, bagus, dan mewah menurut saya.

Maklum, karena saya pikir awalnya ini hotel bintang 4.

TV sudah dalam keadaan menyala yang sepertinya default menayangkan kondisi Masjidil Haram secara live.

Ada dua single sofa dengan meja kerja dan cermin besar. Di sebelahnya ada lemari kayu dengan desain mewah.

Karpet kamarnya juga tebal dan terkesan mewah.

Kamarnya cakep

rekomendasi hotel di mekkah

Nikmatnya rebahan sambil nonton kondisi Masjidil Haram secara live

Yang pertama kali yang saya rasakan adalah kedinginan! Haha.

Soalnya AC di kamar ini menggunakan AC central yang ukurannya besar untuk mendinginkan seluruh kamar.

Gak kuat dingin, akhirnya saya mengganti setting AC-nya menjadi fan.

Kamar mandi

Lanjut ke bagian kamar mandinya juga lumayan luas dan terkesan elegan.

Ada cermin besar dengan westafel di bagian bawahnya.

Westafel ini bisa disumbat agar air menggenang, sehingga bisa digunakan untuk merendam pakaian kotor.

Sebut saja sebuah life hacks untuk menghemat biaya laundry, hehehe.

Shower room-nya terpisah dengan kaca transparan.

review hotel marriot mekkah

Lobi hotel

Lobi hotel Marriot Mekkah ini lumayan besar dan beratap tinggi. Look-nya kelihatan sangat mewah bagi saya.

Di sana ada jejeran sofa empuk berwarna hijau dan di dekatnya ada beberapa sofa mewah berwarna merah dengan sandaran tinggi.

Lantai lobinya juga terbuat dari susunan marmer berukuran besar.

Menurut saya desain interiornya bagus, mewah, dan lumayan bikin betah buat nungguin kamar yang belum selesai disiapkan.

Satu lantai dengan lobi ada beberapa toko souvenir yang menjual minyak wangi, karpet dan sajadah, juga Al-Quran khas yang digunakan di Masjidil Haram.

Meja resepsionis juga berjumlah banyak dan berjejer panjang.

Sebab saat checkin dibantu oleh muthawif, jadi saya dan jamaah yang lain hanya duduk-duduk ngaso terima jadi.

Restoran

Jamaah umroh dapat jatah makan 3x sehari di restoran hotel.

Jadi kami tidak perlu repot cari-cari makanan buat lunch dan dinner di luar hotel.

Sama seperti lobi dan bagian kamar yang tampak mewah, bagian restorannya juga tampak apik dengan dominasi warna merah.

Restoran di Hotel Jabal Omart Marriot, Mekkah | Booking.com

Menu sarapan sangat beragam mulai dari roti-rotian, sereal, omelet, salad, dan lainnya.

Yang saya suka di restoran ini menyediakan mesin pembuat segala jenis kopi seperti cappucino, latte, americano, dan lainnya.

Disediakan juga gelas kertas, sehingga saya dan suami bisa membawa masing-masing satu cup untuk dinikmati di dalam kamar.

Sedangkan saat makan siang dan malam, tampak hanya ada jamaah rombongan kami.

Sepertinya jamaah dari negara lain tidak pesan kamar yang include makan siang dan malam.

Alhasil menu makanan saat lunch dan dinner sangat Indonesia, seperti sayur sop, rendang, ayam goreng, dan lainnya.

Keunikan Hotel di Jabal Omar Marriot, Mekkah

Nah, setelah review ala-ala tadi, saya juga menemukan keunikan-keunikan di Hotel Marriot Mekkah ini yang berbeda dengan hotel Indonesia versi saya pribadi. Apa saja?

1. Ada westafel untuk wudhu

Saat menginap di hotel Indonesia, jujur saya sering kesulitan dalam hal berwudhu.

Terutama kalau kamar mandi hotelnya berupa bath up.

Jadi mau gak mau saya yang bertubuh pendek ini harus effort masuk ke bath up untuk wudhu di keran shower, atau berwudhu di westafel yang bisa bikin becek.

Apalagi saya juga sering kesulitan saat membasuh kaki di westafel, huhu.

Senangnya saat menginap di hotel di Madinah dan Mekkah, disediakan westafel khusus untuk wudhu.

Dah gak ada lagi drama angkat-angkat kaki untuk dibasuh ke kran westafel.

Kiri: westafel wudhu, kanan: closet duduk

2. Disediakan alat dan krim cukur atau shaving kit

Sama seperti hotel di Madinah, hotel Marriot Mekkah ini juga menyediakan shaving kit alias alat cukur bagi tamu hotel.

Walaupun shaving kit ini tentu gak boleh digunakan kalau masih dalam keadaan berihram ya!

Sayangnya di hotel ini malah tidak disediakan shower cap dan juga laundry bag.

3. Disediakan Alquran

Sepengalamanku, hanya Hotel Sofyan, hotel di Indonesia, saja yang menyediakan Alquran di dalam kamar.

Oleh karena itu, boleh lah ya saya jadikan ini sebagai poin keunikan lain di Hotel Jabal Omar Marriot, Mekkah.

4. Colokan listrik lubang 3

Berbeda dari Indonesia, colokan di Arab Saudi memang jenisnya berlubang 3.

So, jangan lupa bawa adaptor internasional sebelum berangkat umroh atau haji.

Baca Juga: 15 Perlengkapan Umroh yang Wajib Dibawa

5. Ada pengeras suara live dari Masjidil Haram

Baik adzan maupun suara solat fardhu berjamaah bisa didengar secara live melalui pengeras suara yang ada di setiap lorong kamar hotel ini.

6. Menu makanan dari negara tertentu

Tamu di hotel berasal dari berbagai negara di dunia. Di antaranya India dan Afrika.

Hotel Marriot menyesuaikan dengan menyajikan menu makanan yang variatif (khususnya saat sarapan) sesuai dengan tamu yang sedang menginap saat itu.

Misal saat banyak tamu dari Afrika, menu makanan ada dari Afrika, begitu seterusnya.

Saya termasuk yang suka icip-icip cita rasa masakan negara lain akhirnya mencoba makanan dari Afrika Utara bernama Tajine.

Tajine ini yang saya makan saat itu kebetulan yang isian daging sapi.

Rasanya mirip rendang tapi dengan komposisi bumbu yang berbeda.

7. Cleaning staff tidak masuk ke kamar tanpa ijin

Mengingat kebiasaan cleaning service di Indonesia yang seringnya masuk ke kamar untuk bersih-bersih, restock persediaan, dan beberes tanpa ijin, saat menginap di Hotel Marriot saya sempat prepare menaruh tas di brankas serta membereskan beberapa barang pribadi yang tidak layak dilihat orang lain.

Namun saat kembali, saya kaget karena kondisi hotel masih seperti semula: berantakan dan tidak dibersihkan.

Persediaan air mineral dan teh saat itu juga sudah habis.

Ternyata petugas kebersihan di sana tidak akan masuk ke kamar tanpa ijin tamu hotel.

Jadi kami harus buat janji dulu dengan mereka kapan kamar mau dibersihkan, dan mereka lebih cenderung suka bebersih saat kami ada di kamar, bukan saat sedang keluar.

Saya pribadi cukup salut dengan prosedur seperti itu, sebab memang secara adab ya kita perlu ijin pemilik kamar dulu kalau mau masuk.

8. Ada chef dari Indonesia

Sebab tamu hotel kebanyakan orang Indonesia, pihak hotel sengaja memperkerjakan chef asli orang Indonesia untuk masak makanan Indonesia.

Waktu itu saya sempat kaget disapa salah seorang chef saat makan siang. “Asal mana, mbak?”.

Jadilah kami sempat berbicara sedikit sampai beliau akhirnya menawarkan dagangan berupa hati unta yang katanya bisa menyembuhkan penyakit asma dan lainnya.

Benar-benar orang Indonesia, gak di mana-mana jualan terus! Hahaha.

9. Disediakan shuttle bus ke dan dari Masjidil Haram

Pihak Jabal Hotel Marriot menyediakan shuttle bus untuk mengantar dan menjemput tamu hotel ke dan dari Masjidil Haram.

Halte bus ada di samping pintu hotel dan mengantarkan tamu hingga lokasi yang dekat dari Masjidil Haram.

Dari situ, tamu masih harus berjalan kaki sedikit ke pintu masuk masjid.

Sebenarnya jarak antara Hotel Marriot dan Masjidil Haram tidak terlalu jauh, namun karena harus melewati medan jalan layang yang menanjak membuat perjalanan menjadi lebih melelahkan.

Apalagi kalau perjalanan tersebut harus dilakukan sebanyak lima kali sehari demi mengejar keutamaan solat berjamaah di Masjidil Haram.

Shuttle bus ini sangat membantu para tamu untuk menghemat waktu dan tenaga selama beribadah di tanah suci.

Armada bus ini juga lumayan banyak, sehingga tamu tidak perlu menunggu lama untuk naik bus.

Kesimpulan

Secara umum, saya sangat puas dan menikmati pengalaman menginap di Hotel Jabal Omar Mekkah ini.

Hotelnya mewah-nyaman, fasilitasnya lengkap, dan makanannya juga enak-enak.

Kekurangannya mungkin lokasinya yang agak kurang dekat dengan Masjidil Haram alias bukan di Ring 1.

Meski ada fasilitas shuttle bus, tapi mungkin akan lebih menghemat waktu kalau bisa djangkau dengan berjalan kaki.

Next time, mungkin saya bisa berkesempatan menginap di Hotel Fairmont, Al Safwa Orchid Royale, atau Dar Al Tawhid Intercontinental. Aamiin ya Allah.

About The Author

Fitri Apriyani

You may also like