Matchadreamy

Mengolah Sampah Demi Masa Depan Jakarta yang Berkelanjutan

Fitri Apriyani
Fitri Apriyani
Jakarta telah dikenal sebagai kota dengan tingkat polusi tinggi. Bagaimana peran KBA Rawajati mewujudkan masa depan Jakarta yang sustainable?

Siang itu, polusi asap membekap Jakarta, menutupi warna biru langit dengan abu-abu kusam. Kabut polusi seakan merayap, menyelimuti, dan menutupi panorama gedung-gedung pencakar langit yang seharusnya nampak apik di kota metropolitan. Tak ada langit jernih di Ibukota. Para pejalan kaki hingga anak-anak yang sedang bermain terpaksa menghirup udara yang bukan lagi sekadar oksigen, namun juga partikel debu dan polutan yang menjadi ancaman bagi kesehatan.

Jakarta telah lama dikenal sebagai kota dengan tingkat polusi tinggi. Beberapa media internasional menyoroti ibukota Indonesia ini dan menyebutnya sebagai kota paling tercemar ke-3 di dunia. Situs One Health Center Universitas Gajah Mada memaparkan bahwa konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini mencapai 9.1 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. Disebutkan pada tanggal 13 Agustus 2024, Jakarta mencatatkan indeks kualitas udara (AQI) tertinggi di dunia dengan skor 177, yang masuk dalam kategori tidak sehat.

Tidak hanya buruk bagi kesehatan, polusi udara dalam jangka panjang juga akan berkontribusi pada percepatan perubahan iklim. Rencana Jakarta menjadi kota global di masa depan akan terancam jika tidak berdaya mempertahankan lingkungan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

gambaran polusi udara di jakarta

Potret kondisi udara di Jakarta | Greenpeace.org

Sampah, Emisi Gas Rumah Kaca, dan Climate Change

Meski seringkali diabaikan, limbah memberikan dampak signifikan terhadap perubahan iklim. Sampah organik, seperti sisa makanan dan dedaunan, ketika terurai tanpa oksigen di tempat pembuangan akhir, menghasilkan metana (CH₄), emisi gas rumah kaca (GRK) yang memiliki potensi pemanasan lebih besar daripada karbon dioksida (CO₂), sehingga langsung berkontribusi pada pemanasan global dan berujung pada climate change.

Sedangkan sampah anorganik seperti kaleng, botol, dan kertas, umumnya menghasilkan GRK pada proses pemusnahan atau perlakuannya. Misal untuk melakukan pembakaran, baik di pabrik maupun di lingkungan rumah, dibutuhkan bahan bakar yang pada akhirnya akan menghasilkan karbon dioksida dan polutan lain.

Laporan situs Climate Tracker Asia yang menyebutkan bahwa sektor limbah adalah penyumbang terbesar metana (CH4), yang memiliki potensi pemanasan global 30 kali lebih tinggi daripada karbondioksida (CO2). Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sampah yang demi memerangi perubahan iklim dan dampaknya, serta melindungi ekosistem untuk generasi mendatang.

Peran KBA Rawajati dalam Pengolahan Sampah

kba-rawajati

Di tengah kepungan polusi dan peningkatan risiko perubahan iklim, Kampung Berseri Astra (KBA) Rawajati, Jakarta Selatan hadir sebagai oase yang mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan di ibukota. Dengan berfokus pada pengelolaan sampah dan penghijauan kawasan, KBA Rawajati berperan aktif dalam upaya mitigasi dampak perubahan iklim dan peningkatan kualitas udara. Adalah Ibu Sylvia Ermita sebagai ketua PKK menginisiasi adanya pengolahan sampah di Rawajati. Pada tahun 2015 Kampung Agrowisata Rawajati mendapat apresiasi dari PT Astra International Tbk dan ditetapkan sebagai Kampung Berseri Astra.

Beruntung saya mendapatkan kesempatan berkunjung ke KBA ini dan menyaksikan secara langsung bagaimana proses pengolahan sampah organik dan anorganik di lingkungan ini demi terwujudnya lingkungan yang sutainability. 

Bank Sampah: Mengubah Limbah Menjadi Tabungan Masa Depan

Hal pertama yang menarik perhatian ketika tiba di KBA Rawajati adalah plang bertuliskan “BANK SAMPAH”. Bukan hanya sekadar penyebutan, program Bank Sampah ini merupakan lembaga penyimpan uang bagi warga. Namun tentu ada perbedaan dengan Bank pada umumnya, Bank Sampah milik KBA Rawajati menerima sampah-sampah yang bisa ditukar menjadi saldo tabungan yang tersimpan di tabungan bank.

Warga cukup membawa sampah anorganik yang memenuhi syarat ke Bank Sampah, di mana jumlahnya akan dihitung oleh petugas dan dikalikan dengan harga yang telah ditentukan. Hasil dari perhitungan tersebut akan dicatat dalam Buku Tabungan Sampah milik warga di KBA Rawajati, dan saldo yang terkumpul dapat dicairkan kapan saja sesuai kebutuhan nasabah.

Mbak Dinar, petugas di KBA Rawajati, menuturkan bahwa meski belum semua orang memiliki inisiatif, namun program ini berhasil memotivasi banyak warga untuk memilah sampah rumah tangga mereka dan membawanya ke Bank Sampah untuk ditukar menjadi saldo tabungan. Selain memberikan keuntungan finansial, program ini juga membantu mengurangi tumpukan sampah di lingkungan.

Kertas berisi daftar harga setiap jenis sampah | Dok. pribadi

Namun, tidak semua jenis sampah anorganik dapat ditukar dengan uang. Sampah dari perangkat elektronik yang rusak atau e-waste serta sampah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3) dikategorikan sebagai hibah. Sampah e-waste ini dikumpulkan dalam wadah khusus dan bisa diambil oleh siapa saja yang membutuhkan.

Sampah-sampah anorganik lainnya yang terkumpul dari warga akan dimasukkan ke dalam karung goni untuk kemudian dijual ke pengepul. Sementara itu, sampah e-waste akan tetap disimpan di Bank Sampah hingga ada pihak yang bersedia mengambilnya.

Sampah anorganik yang siap dijual jemput oleh pengepul | Dok. pribadi

Tidak hanya menunggu warga menyerahkan sampah mereka, KBA Rawajati juga aktif menjemput sampah anorganik ke Apartemen Kalibata City dan beberapa wilayah lainnya dengan menggunakan kendaraan roda tiga. Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta rutin mengumpulkannya sesuai jadwal dan lokasi yang ditentukan. Sampah yang diambil tersebut — kebanyakan berupa botol plastik — akan dipilah, dikarungkan, lalu dijual ke pengepul. Hasil penjualannya digunakan untuk operasional kegiatan di KBA Rawajati.

Truk roda tiga pengangkut sampah | Dok. pribadi

kendaraan pengangkut sampah

Mbak Dinar dan Pak Indra mengeluarkan sampah dari truk | Dok. pribadi

Seni dari Sampah: Mendaur Ulang dengan Sentuhan Kreativitas

Hal yang menarik perhatian saya adalah sebuah lemari etalase kaca yang menampilkan beberapa kerajinan tangan yang tersusun rapi dan cukup memikat. Ketika saya mengamati lebih dekat, ternyata anyaman cantik tersebut dibuat dari kertas koran dan bekas bungkus makanan serta minuman. Pak Indra, rekan kerja Mbak Dinar, menjelaskan bahwa karya-karya daur ulang bernilai seni ini adalah hasil kreasi warga Kelurahan Rawajati.

Namun, karena proses pembuatannya membutuhkan keterampilan dan sentuhan seni, tidak semua orang bisa langsung melakukannya, sehingga pelatihan pun diperlukan. “Saya yang mengajari cara pembuatannya,” ujar Pak Indra sambil memegang sebuah kerajinan berbentuk mangkuk dari kertas koran. “Tidak semua orang bisa membuat kerajinan seperti ini. Sedangkan saya sendiri dulunya seniman.”

pengolahan sampah KBA Rawajati

Anyaman mangkok dari kertas koran | Dok. pribadi

pengolahan sampah KBA Rawajati

Sling bag kecil dari plastik bungkus minuman | Dok. prbiadi

Tidak hanya dipajang, kerajinan anyaman dari kertas koran buatan warga KBA Rawajati ini juga berhasil dijual, sehingga memberikan nilai ekonomis tambahan bagi mereka. Selain itu, Astra Grup kerap mengikutsertakan produk-produk olahan sampah ini dalam pameran kriya UKM dan UMKM di berbagai acara.

Proses Pengolahan Sampah Organik di KBA Rawajati

Di siang hari yang panas itu, Pak Indra menjelaskan tahapan pengolaha sampah organik yang ada di KBA Rawajati. Beliau menunjukkan tumpukan dedaunan kering yang dikumpulkan warga Kelurahan Rawajati. Sambil menunjuk lapisan dedaunan paling bawah, ia menjelaskan, “Biasanya daun-daun yang tertimbun di bagian bawah ini nantinya akan menjadi pupuk kompos dengan sendirinya.” Meski demikian, dedaunan tersebut tetap akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan pupuk kompos yang bernilai, melalui metode composting.

proses composting

Proses composting | Dok. pribadi

Mesin pencacah dan pengayak dedaunan, serta mesin pencacah plastik di KBA Rawajati, sengaja tidak dioperasikan pada hari Sabtu dan Minggu untuk menghindari kebisingan yang bisa mengganggu warga sekitar yang sedang menikmati waktu libur dan beristirahat. “Ya, kita harus menghargai orang-orang yang ingin beristirahat,” ujarnya.

mesin pencacah daun proses composting

Mesin pencacah dedaunan kering | Dok Pribadi

Mesin pengayakan | Dok. pribadi

Pupuk kompos yang dihasilkan akan dibagikan gratis kepada warga yang membutuhkan, khususnya mereka yang menyetor dedaunan kering. Selain itu, kompos tersebut juga dimanfaatkan untuk menyuburkan kebun apotek hidup (greenhouse) yang dikelola di KBA Rawajati.

Di area pengolahan kompos ini, terdapat sebuah tong plastik biru berukuran sedang dengan tulisan “KOMPOSTER” di atasnya, serta dua galon bekas berisi larutan keruh dan irisan jeruk. Tidak hanya dedaunan kering yang dapat diubah menjadi pupuk, tetapi juga sampah organik rumah tangga yang bisa diolah menjadi pupuk cair setelah melalui proses tertentu, jelas Pak Indra.

Kompos kering biasanya digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah sebelum ditanami, sementara pupuk cair dari komposter membantu tanaman yang sedang tumbuh. Semua bahan organik yang berasal dari alam, bila diolah dengan baik, akan kembali memberikan manfaat bagi alam itu sendiri.

Komposter di KBA Rawajati | Dok. pribadi

KBA Rawajati untuk Masa Depan Jakarta yang Berkelanjutan

Program pengolahan sampah organik dan anorganik yang diinisiasi oleh KBA Rawajati memiliki relevansi yang kuat dengan komitmen global yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang atau Sustainable Development Goals (SDGs). Terutama SDGs nomor 13, yaitu dalam penanganan perubahan iklim (climate change).

Pasalnya pengelolaan sampah yang efektif dapat mengurangi emisi GRK, terutama metana yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik di tempat pembuangan akhir. Dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memilah dan mengolah sampah, terutama sampah organik dan anorganik, program ini berkontribusi pada pengurangan limbah yang berpotensi memperburuk perubahan iklim. Selain itu, pemanfaatan sampah untuk pembuatan pupuk kompos mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan dan memperburuk kondisi iklim.

Melalui praktik seperti ini artinya masyarakat dapat berperan aktif dalam mitigasi climate change, memberikan dampak positif terhadap lingkungan, serta membantu Jakarta beradaptasi dan menghadapi tantangan sebagai kota global di masa depan.

#LFAAPADETIK2024

About The Author

Fitri Apriyani

You may also like