Pengalaman Mencari Tempat Tinggal di Jakarta: Susah Susah Gampang — Beberapa hari yang lalu seorang teman update status WhatsApp yang intinya curcol perjalanannya bisa memiliki rumah KPR yang saat ini ia dan keluarga kecilnya tempati.
Salah satu yang membuatku tercengang adalah saat dia spill nominal DP yang harus ia keluarkan untuk membeli rumah tersebut.
“Waduh, itu mah sama kayak harga sewa rumah kontrakanku dalam setahun,” saya bergumam dalam hati.
Ya, nominalnya memang kebetulan sama persis antara DP rumah KPR teman saya di pinggir Kota Jakarta (lebih tepatnya di Balaraja, Tangerang), dengan harga yang harus saya dan suami keluarkan untuk menyewa rumah yang saat ini kami tempati di Jakarta untuk jangka waktu satu tahun.
Hemmm..jangan-jangan kemahalan nih kami nyewa rumah ini, pikir saya kemudian.
***
Jakarta sebagai pusat perekonomian dan bisnis, membuat banyak perusahaan baik nasional maupun internasional yang membuka kantornya di sini. Karena hal itu juga, banyak terbuka peluang-peluang usaha lain untuk menyambung hidup.
Bak pepatah lama “ada gula, ada semut”, karena itulah Kota Jakarta “diserbu” oleh para pendatang yang berbondong-bondong hendak bekerja atau mengadu nasib demi mencari rejeki di kota ini.
Memiliki tempat tinggal atau menetap sementara di Jakarta menjadi sebuah privillege (menurut saya) bagi yang memiliki pekerjaan atau usaha di sini, karena warganya tidak perlu harus berlelah-lelah melakukan perjalanan antara rumah dan kantor setiap harinya.
Walaupun hal tersebut juga diimbangi dengan living cost Jakarta yang termasuk tinggi daripada di daerah lain.
Setelah menikah dan meninggalkan rumah orang tua untuk tinggal bersama suami, saya tidak pernah berpikir untuk memiliki tempat tinggal di luar Jakarta, kota kelahiran saya. Setidaknya untuk saat ini.
Sebagai pasangan muda yang belum punya cukup dana untuk membeli rumah sendiri, saya dan suami masih harus bersabar tinggal di tempat tinggal sementara. Sambil terus berusaha menabung tentunya.
Oke, jadi akhirnya kami punya cukup dana untuk menyewa hunian yang lebih baik dari kos-kosan. Walaupun, alhamdulillah, kos-kosan yang kami tempati selama ini sangat nyaman, tapi tentu saja tidak seenak tinggal di rumah sewa atau apartemen.
Kali ini saya mau share pengalaman saya mencari tempat tinggal di Jakarta.
Daftar Isi
Alasan Memilih Tempat Tinggal di Jakarta
Mungkin sebagian orang bertanya,
Kenapa gak nyicil rumah di luar Jakarta aja? Besar cicilan sama kayak uang sewa, tapi kalo nyicil rumah, rumah tersebut akan jadi milik kita, sedangkan kalo ngontrak sampai kapan pun rumah/apartemen itu gak akan jadi milik kita?
Pernyataan di atas entah sudah berapa kali ditujukan ke kami. Sekilas, iya juga sih, kami agak menyetujuinya. Tapi kami punya alasan tersendiri mengapa masih memilih tinggal di Jakarta.
- Orang tua dan keluarga inti saya tinggal di Jakarta. Jadi lebih memudahkan untuk menjaga silaturrrahim. Terkhusus untuk orang tua, maka akan memudahkan kami untuk berbakti kepada mereka.
- Lebih dekat ke kantor suami, jadi suami tidak ‘tua di jalan’ untuk bekerja setiap harinya
- Transportasi umum sudah lengkap dan nyaman
- Lokasinya sangat strategis, akses kemana-mana lebih mudah
- Dan lain-lain
Tapi tentunya, tidak dapat dipungkiri juga kekurangan tinggal di Jakarta, seperti:
- Macet
- Penuh polusi udara
- Terlalu padat penduduk
- Living cost yang tinggi
- Dan lain-lain
Ya tentu semua pilihan ada plus minusnya. Namun, kembali lagi ke pilihan masing-masing ya. Karena setiap orang punya pertimbangannya sendiri.
Pertimbangan Dalam Memilih Tempat Tinggal
Budget
Sepakat lah ya, kalau bagaimana pun memilih tempat tinggal itu tergantung dengan uang atau budget yang kita punya. Jadi dengan begitu kita bisa menyesuaikan tempat tinggal mana yang sesuai dengan budget.
Memang sih inginnya tinggal di tempat yang ternyaman, kalau bisa yang aesthetic hehe, tapi jangan sampai overbudget yang malah membuat kita terlibat utang sana-sini.
Lokasi tempat tinggal
Bagi yang memiliki mobilitas yang tinggi, lokasi tempat tinggal menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. Kalau bisa carilah tempat tinggal yang tidak terlalu jaraknya dengan tempat kerja atau usaha demi efisiensi waktu dan tenaga.
Lokasi juga meliputi kondisi sekitarnya, seperti apakah rawan banjir, dekat dengan fasilitas umum, bagaimana akses kendaraan umumnya, dan lain sebagainya.
Lingkungan Sekitar
Saya sering mendengar atau membaca banyak kisah perseteruan yang terjadi antartetangga. Ketidakcocokan, kesalahpahaman, atau perilaku yang kurang baik kerap menjadi penyebabnya.
“Kayaknya kalau mau beli rumah, harus perhatikan tetangganya juga deh. Jangan mentang-mentang harga rumahnya murah, kita asal beli aja, padahal lingkungan atau tetangganya kurang baik,” ujar suami saat saya diskusi tentang salah satu cerita perseteruan antartetangga di medsos.
Maka dari itu, faktor ini jangan sampai diabaikan. Karena pasti sangat tidak nyaman jika tinggal di lingkungan yang kurang baik, atau tidak cocok dengan kita.
PILIHAN TEMPAT TINGGAL DI JAKARTA
Kos-kosan
Ini pilihan paling gampang bagi para perantau, mahasiswa, atau pengantin baru seperti saya dan suami dulu. Selain karena gampang dicari, fasilitas kos-kosan cenderung lengkap.
Karena setahu saya, kos-kosan di Jakarta saat ini hampir semuanya sudah dilengkapi AC. Jadi walaupun sempit, dijamin tidak akan kegerahan.
Kita juga bisa memilih harga sewanya sesuai budget masing-masing.
Kisah saya:
Walaupun bagaimana pun nyaman dan lengkapnya fasilitas di kosan, tetap saja sebagian besar kos-kosan, yang saya tahu, tidak mengijinkan penyewa untuk melakukan aktivitas memasak di unit yang disewa. Alias tiap unit tidak dilengkapi dapur.
Mereka harus memasak di dapur bersama, atau bahkan mungkin ada kos-kosan yang tidak ada dapur sama sekali. Ini alasan utama saya enggan berlama-lama tinggal di kosan.

Ilustrasi apartemen
Apartemen
Kalau ada budget lebih, tinggal di apartemen bisa menjadi pilihan yang bagus untuk tinggal di Jakarta. Fasilitas yang lengkap, lokasi strategis, apalagi bila unit yang disewa adalah full furnished, yang tentu sangat memudahkan bagi orang yang gak mau ribet, atau istilahnya ‘tinggal bawa koper aja’.
Keuntungan lain, mungkin, terkesan lebih bergengsi aja misal ada yang bertanya tinggal di mana, hehe.
Kisah saya:
Tinggal di apartemen menjadi impian kami dulu, alasannya sesimpel karena kami sangat suka melihat pemandangan luar jendela dari ketinggian. Terutama saat malam hari.
Kembali lagi karena alasan tidak mau jauh dari rumah orang tua saya, hehe, pilihan kami hanya apartemen yang ada di Jakarta Barat dan pastinya sesuai budget ya bun.
Pilihannya mengerucut pada Apartemen Menara Latumenten, Green Parkview, dan Puri Parkview.
Lagi-lagi faktor lokasi menjadi alasan utama kami memilih tempat tinggal. Terutama apakah lokasinya jauh dari kantor suami di Kebon Sirih atau tidak. Sebagaimana kita tahu, di jam-jam pergi dan pulang kantor akan sangat macet.
Apartemen Green Pakrview yang ada di Cengkareng dan Apartemen Puri Parkview terpaksa harus kami skip, karena lokasinya yang terlalu jauh menurut kami.
Pilihan tersisa hanyalah Apartemen Menara Latumenten. Setelah dengan penuh rasa antusias cek ke lokasi, kami harus mengurungkan niat tinggal di sana, dengan alasan: tidak cukup luas bagi kami.
Unit yang tersedia untuk disewa juga berada di lantai yang terlalu tinggi, plus setelah dipikir-pikir rasanya ribet juga tinggal di apartemen. Karena kalau mau pergi keluar harus menggunakan lift, ke parkiran baru kemudian keluar. Begitupun sebaliknya.
Gak jadi deh tinggal di Apartemen, hehe.
Rumah Tinggal Sewa/Kontrakan Rumah
Rumah tinggal sewa atau kontrakan rumah adalah satu unit rumah tinggal yang disewakan oleh pemilik rumah. Atau bisa juga disebut sebagai rumah kontrakan.
Biasanya rumah ini merupakan bentuk investasi si pemilik rumah untuk mendapatkan pasive income.
Masa penyewaan umumnya secara tahunan. Nilai plus tinggal di rumah sewa yakni lebih luas, terdiri dari ruang-ruang yang lengkap seperti ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dapur, dll.
Rumah tinggal sewa ini sangat cocok bagi yang sudah berumah tangga.
Kisah saya:
Jenis tempat tinggal ini sangat cocok bagi kami pribadi, tentunya selama kami belum punya dana untuk membeli rumah sendiri.
Selain karena nilai plus yang sudah disebutkan di atas, tinggal di rumah sewa ini menjadikan kita para penyewa untuk merasa sebagai warga asli lingkungan sekitar.
Jadi kita dituntut untuk berbaur dengan warga lain, ikut bayar iuran keamanan dan sampah, ikut dalam musyawarah RT, dll.
Itu merupakan pengalaman sosialisasi yang tidak kita dapatkan bila tinggal di kosan atau mungkin apartemen.
Setelah berusaha googling sana-sini mencari rumah tinggal sewa yang cocok, bahkan sampai beberapa kali cek ke beberapa rumah, Alhamdulillah akhirnya kami sudah mendapatkan rumah tinggal sewa di lokasi yang cukup strategis di kota Jakarta Barat, dengan dua kamar tidur.
Dengan harga sewa yang sesuai budget kami tentunya.
Kesimpulan
Intinya untuk memilih tempat tinggal itu sesuai preferensi masing-masing individu, mau tinggal di Jakarta atau kota lain, mau nyicil rumah atau memilih untuk mengontrak dulu seperti kami.
Tentunya juga disesuaikan dengan budget yang ada ya. Jangan sampai overbudget, supaya kita masih bisa nabung dan berinvestasi.
Bagi yang ingin mencari rumah sewa, saya rekomendasikan situs Rumah123 dan Lamudi. Karena pilihannya banyak dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kita.