Matchadreamy

Trekking ke Curug Cibereum via Cibodas, Seru yang Melelahkan

Fitri Apriyani
Fitri Apriyani
Pengalaman melelahkan sekaligus seru melakukan trekking menuju Curug Cibereum di kaki Gunung Gede Pangrango. Bagaimana kisah lengkapnya?

Trekking ke Curug Cibereum via Cibodas, Seru yang Melelahkan — Menjalani WFH selama hampir tiga tahun bisa dibilang sebuah privilage buat kami, sebab dengan begitu kami tidak perlu repot-repot keluar rumah menghadapi drama kemacetan lalu lintas Ibukota yang luar biasa.

Namun, menghabiskan sebagian besar waktu di rumah rasanya bosan juga. Rasanya ingin segera healing ke alam dan melihat pemandangan ijo royo-royo.

Sejak mengunjungi Pulau Nusakambangan pada libur lebaran kemarin, saya dan suami merasa ketagihan mengunjungi objek wisata lain yang bernuansa alam.

Sebenar-benar alam, bukan alam buatan yang didesain sedemikian rupa supaya instagramable.

Sebenarnya saya sendiri sudah sangat ‘ngidam’ berwisata ke Gunung Bromo di Malang, sekalian mampir ke Air Terjun Tumpak Sewu yang cantik itu.

Tapi karena satu dua hal, kayaknya gak bisa ke sana dalam waktu dekat ini.

Ketersediaan waktu yang singkat dan prefer lokasi yang dekat, akhirnya kami memilih mengunjungi Curug Ciberum di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas, Jawa Barat.

“Kamu berani mas, kalau kita ke sana cuma berdua? Kita bakal masuk ke hutan-hutan loh,” ujar saya kepada suami agak khawatir.

Sebab sebelumnya saya pernah ke sana dan memang untuk menuju Air Terjun Cibereum, pengunjung harus melakukan trekking dengan berjalan kaki selama kurang lebih 2 jam di tengah hutan belantara kaki Gunung Gede.

Jalurnya sendiri cenderung sepi.

Apalagi, namanya di dalam hutan, pasti ada hewan-hewan liar yang hidup di sana, entah itu hewan reptil, bahkan hewan jenis karnivora seperti macan.

Dulu saya ke sana ber-9 bersama anggota keluarga yang lain, jadi gak begitu spooky.

Tapi kalau cuma berdua, rasanya saya khawatir juga.

“Berani dong, masa gak berani!” jawab suami yakin.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas

Singkat cerita tibalah kami berdua di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Cibodas, Jawa Barat di awal Bulan Juli lalu.

Air Terjun Cibereum atau dalam bahasa sunda Curug Cibereum berada di kawasan TNGGP, tepatnya di ketinggian 1675 Mdpl, atau jaraknya sejauh 2.8 km dari gerbang masuk TNGGP.

Untuk ke sana, pengunjung harus masuk ke kawasan Kebun Raya Cibodas dulu.

Setelah memarkirkan kendaraan di area yang disediakan, kami berjalan selama kira-kira 5-10 menit untuk menuju pintu masuk TNGGP.

Saran saya, sebaiknya memarkirkan kendaraan di dekat pos pintu masuk TNGGP, yang bersebelahan dengan Bumi Perkemahan Bukit Golf Cibodas, supaya tidak terlalu jauh berjalan kaki dari tempat parkir ke pintu masuk.

taman nasional gunung gede pangrango

Landmark TNGGP yang merupakan titik 0 km trekking dan pendakian

Dari landmark TNGGP tersebut, wisatawan masih harus berjalan lagi menuju loket untuk membeli karcis.

Tidak hanya pengunjung yang ingin ke Curug Cibereum, di sana juga ada beberapa loket untuk tujuan yang berbeda.

Guna memudahkan wisatawan, di sana ada terdapat plang yang menunjukkan informasi beragam destinasi disertai jarak dan estimasi waktu tempuhnya.

taman nasional gunung gede pangrango

Jadi, selain wisatawan, ternyata para pendaki juga start jalannya bisa melalui TNGGP ini.

Dari lokasi loket ini, sudah tampak jalan setapak berbatu sebagai jalan menuju Curug Cibereum dan atau Puncak Gunung Gede dan Pangrango.

Pada sisi kanan kirinya berupa gerumbulan kehijauan pepohonan besar dan lebat sebagai gambaran bagaimana kondisi perjalanan kami nantinya.

Selain loket, di area ini juga terdapat balai tempat para pendaki melakukan serangkaian prosedur yang diwajibkan oleh TNGGP, seperti kelengkapan peralatan dan administrasi.

Di dekatnya ada semacam rumah dinas bagi petugas TNGGP yang piket pada hari itu, yang selalu bersiap siaga membantu jika terjadi hal darurat pada para pendaki.

Fasilitas toilet umum pun tersedia di sini. Jadi sebelum naik ada baiknya BAK dulu supaya tidak kebelet di jalan, hehe.

Ada juga kantin kecil yang menjual berbagai snack, jas hujan, dan tongkat panjang dari bambu untuk mendaki.

taman nasional gunung gede pangrango tnggp

Area loket TNGGP

Baca Juga : Pulau Nusakambangan, Sisi Menawan Wisata di Pulau Penjara

Trekking ke Curug Cibereum via Cibodas

Seperti yang sudah saya duga, cuma ada kami berdua yang trekking pada saat itu.

Di langkah-langkah awal memasuki hutan, kami sudah dapat mendengar suara khas hewan-hewan hutan seperti burung dan jangkrik yang nyaring, sekaligus merdu di telinga.

Sejauh mata memandang hanya jalan bebatuan tanpa ujung sebagai jalur trekking dengan kerimbunan pepohonan di kanan kirinya.

Cahaya matahari di pagi itu mengintip di sela-sela kerimbunan dedaunan, membuat perjalanan kami terasa adem.

Saat itu tidak sedang atau telah turun hujan, tapi aroma tanah dan dedaunan lembab menyengat hidung di sepanjang perjalanan.

Udara kaya oksigen yang sejuk dan dingin menemani kami sepanjang perjalanan.

Saya hanya bisa berandai jika udara sebagus ini bisa disimpan dan dibawa pulang ke Jakarta.

trekking menuju Curug cibereum

Medan trekking ke Curug Cibereum

Jalur trekking yang kami lewati terbuat dari batu-batuan keras berwarna abu-abu yang disusun di atas tanah coklat yang lembap.

Daun-daun kering yang gugur berserakan di atasnya.

Bentuk jalurnya melengkung, lurus, dan terkadang menjadi serupa susunan anak tangga jika melewati medan tanah yang menanjak.

Wisatawan tidak akan tersesat saat memasuki hutan karena jalurnya memang tampak jelas dan terarah.

Juga meminimalisir kemungkinan terpeleset saat kondisi tanah sedang becek.

Namun sayangnya kerasnya bebatuan tersebut sangat tidak nyaman mengenai kaki. Begitu menyiksa, bahkan membuat sakit.

Terutama bagi yang hanya memakai sepatu kets biasa, bukan sepatu gunung, seperti kami.

Menemukan danau dan sungai kecil yang deras

Setelah kira-kira berjalan selama satu jam, kami menemukan sebuah aliran sungai kecil di kiri jalan.

Seperti menemukan oasis di tengah padang pasir, kami sangat gembira melihatnya.

Letaknya tepat di sebrang sebuah pos pendakian. Tidak jauh dari sana juga terdapat semacam telaga kecil dengan air berwarna hijau keruh.

Di sini, kami bertemu dengan wisatawan lain yang sedang berhenti sejenak untuk istirahat atau sekedar berfoto.

trekking gunung gede

Beberapa meter setelahnya, kami juga menemukan sungai kecil dengan debit air yang lebih deras.

Airnya mengalir menimbulkan buih dan menderu berisik di sela-sela batu hitam berukuran besar.

Anehnya, suara alirannya yang berisik itu justru terdengar merdu dan indah di tengah hutan yang sunyi.

Sangat menenangkan telinga kami yang terbiasa mendengar deru kendaraan bermotor.

Kami menebak air tersebut berasal dari pegunungan, tapi entah akan berakhir di mana.

gunung gede via cibodas

Tak mau menyia-nyiakan momen, kami menyempatkan mencelupkan tangan di tengah laju aliran yang deras, merasakan air yang dingin dan jernih.

Jembatan kayu di atas Rawa Gayonggong

Saat tubuh mulai kelelahan dengan medan jalan berbatu dan menanjak yang menyiksa kaki, untunglah kami sampai pada jalanan rata berupa jembatan kayu yang berada di atas rawa bernama Rawa Gayonggong.

rawa gayonggong gunung gede

Jembatan kayu di atas Rawa Gayonggong

Kayu-kayu ini tampak sudah lembap berlumut. Bahkan beberapa kayu ada yang tanggal sehingga wisawatan harus berhati-hati jika tidak ingin terperosok.

Dari celah jembatan yang bolong saya bisa melihat air rawa yang gelap dan ditumbuhi tumbuhan air.

Lagi-lagi saya merasa ngeri kalau tiba-tiba ada hewan air yang tiba-tiba menyembur ke atas dari dasar rawa.

Ah, dasar saya sering berpikir yang enggak-enggak di momen yang tidak tepat.

jembatan kayu taman nasional gunung gede

Bisa melihat langit dari atas jembatan kayu

Ada area jembatan di mana kita seperti keluar dari sendunya hutan ke area yang terang benderang, sebab pada kanan kirinya tidak terdapat pepohonan lebat seperti biasa, hanya berupa tumbuhan liar yang tidak begitu tinggi.

Di sisi jembatan ada space yang agak menjorok, yang memungkinkan kami melihat lanskap pemandangan sekeliling kaki Gunung Gede dengan leluasa.

Tampak beberapa bukit hijau dengan puncaknya yang berbentuk segitiga tumpul berdiri kokoh tidak jauh dari sana.

Sebaliknya, ada juga area jembatan yang masuk ke dalam hutan yang gelap, tidak seterang yang tadi.

Namun keduanya sama-sama memberikan kesan yang eksotis dari nuansa alam yang serba hijau.

Bertemu para pendaki dan wisatawan lain

Serunya pada perjalanan kali ini adalah momen di mana kami bertemu dengan beberapa pendaki yang sedang beristirahat di pos.

Kami saling bertegur sapa dengan ramah. Bersama mereka ada juga seorang fotografer bule yang sibuk menangkap gambar dengan kamera profesionalnya.

Kami juga bertemu dengan rombongan wisatawan lain dengan kaos merah. Mereka bahkan sempat meminta tolong kepada kami untuk memfoto.

wisatawan gunung gede pangrango

Bertemu rombongan wisatawan lain

Sempat tidak sengaja terdengar percakapan wisatawan dengan pedagang yang menjual makanan di warung ala kadarnya di dekat pos peristirahatan.

“Puncak Gunung Pangrango memang lebih tinggi, tapi kalau soal pemandangan, puncak Gunung Gede lebih bagus, pak”.

Saat kami beristirahat dengan duduk di atas batu besar, wisatawan lain yang melintas turut memberikan semangat agar kami bisa segera melanjutkan perjalanan.

Saya kadang merasa malu melihat anak kecil bersama orang tuanya yang begitu bersemangat menyongsong perjalanan.

Tapi bertemu dengan mereka membuat hati menjadi hangat dan kembali bergelora untuk terus berjalan sampai tujuan.

Finally, tiba di Curug Cibereum!

Perjalanan bersama suami kali ini terasa lebih lama daripada perjalanan pertama saya bersama keluarga dulu.

Mungkin karena kami sering beristirahat untuk berfoto mengabadikan momen perjalanan, atau mungkin saya yang sudah mulai jompo, hehe.

Bersyukur di sebuah persimpangan jalan, kami menemukan plang penanda arah menuju Curug Cibereum.

Beberapa meter setelahnya kami bahkan sudah bisa mendengar suara air yang jatuh dari ketinggian dengan begitu derasnya, menandakan tujuan kami sudah di depan mata.

“Denger gak suara air terjunnya? Akhirnya kita sampai juga!” seru saya bersorak kegirangan.

Air Terjun Cibereum berada di tanah yang lebih tinggi dari jalan. Dari kejauhan hanya bisa dilihat dari celah-celah dedaunan.

Kami begitu takjub membayangkan seberapa besar air terjun itu sampai suara aliran airnya begitu menggema dari jarak beberapa meter.

Untuk sampai ke area air terjun, kami harus mendaki karena memang letaknya agak di atas sedikit.

Dan benar saja, kami langsung dibuat terpukau dengan kemegahan Air Terjun Cibereum yang ada di hadapan kami.

Rasanya seluruh keluh kesah selama perjalanan tadi, rasa letih dan capek terbayar sudah dengan menikmati setiap jengkal panorama alam di sekitar Curug Cibereum ini.

air terjun cibereum

Yeay sampai di Air Terjun Cibereum! 😀

Aliran air yang terjun bebas dari ketinggian, kemudian menghantam kolam air di bawahnya menimbulkan cipratan air yang menyembur ke segala penjuru.

Bahkan pada kami yang baru tiba, dan berada berjarak dua meter dari sana.

Suara deruan airnya kini terasa lebih memekakan telinga namun justru memberikan ketenangan.

Kolam air tempat berlabuhnya air terjun dikelilingi bebatuan hitam dan licin. Wisatawan yang ingin mencapainya harus hati-hati agak tidak terpeleset.

Saat hendak berfoto ke dekat sana, kami pun agak was-was karena batuannya sangat tidak beraturan dan licin.

Saya bahkan harus bertumpu dengan tangan memegang bebatuan tersebut, merangkak bak anak bayi agar tidak terjerembab.

curug cibereum cibodas

Thanks to akang2 yang berbaik hati memfoto kami berdua 😀

Endingnya, tentu baju kami langsung basah kuyup sebagian. Begitu juga dengan sepatu kami.

Namun, kami sungguh merasa senang bisa sampai pada lokasi ini.

Puas berfoto, kami berduduk sejenak di bangku kayu yang ada di dekat sana.

Suami juga sempat membasahi kaki sejenak di aliran air yang ada di samping kolam air terjun.

air terjun cibereum

Di sekitar area air terjun ini terdapat beberapa bangku dari semen dan batang kayu untuk wisatawan duduk beristirahat. Ada juga gazebo sederhana yang bisa digunakan untuk berteduh.

Sekitar beberapa meter di kanan dari Curug Cibereum ini terdapat air terjun lain dengan debit air yang lebih kecil. Hanya beberapa wisatawan saja yang melihat-lihat ke sana.

air terjun cibereum gunung gede pangrango

Air terjun kecil di dekat Curug Cibereum

Oiya, di sana juga terdapat warung penjaja makanan seperti Pop Mie, snack, air mineral, dan lainnya. Jadi wisatawan tidak perlu khawatir akan kelaparan.

Kesan-kesan trekking di jalur pendakian Gunung Gede

Well, meski ini pengalaman kedua saya trekking di jalur pendakian ini, tapi apa yang saya alami kali ini benar-benar berbeda.

Keseruan dan nikmatnya memandangi panorama alam bernuansa hijau masih sangat berkesan bagi saya. Sayangnya kali ini saya merasa sangat kelelahan dan kehabisan tenaga.

Saat perjalanan turun gunung, kaki saya terasa sangat sakit dan pegal, sampai-sampai sering mengeluh dan mengaduh di sepanjang perjalanan.

Bahkan saya sempat hampir menyerah karena tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan sebab sakit yang tidak tertahankan.

Untungnya suami bisa sabar menghadapi saya yang rewel ini, hehe.

Akhirnya kami bisa sampai di bawah dengan selamat. Saat melihat loket di pintu masuk, saya langsung berujar “Alhamdulillah, bisa sampai juga,” dengan mata berkaca-kaca.

Usut punya usut, sepertinya ada yang salah dengan perjalanan saya kali ini, seperti kurang istirahat, salah pakai sepatu, dan lainnya.

Tips-tips trekking ke Curug Cibereum via Cibodas

Nah, berikut beberapa tips jika kamu akan melakukan perjalanan yang sama seperti kami.

1. Berdoa

Cliche but important. Mungkin terdengar klasik, tapi berdoa, meminta perlindungan dari Yang Mahakuasa, menurut saya merupakan hal penting yang harus dilakukan sebelum memulai segala sesuatu.

Apalagi jika akan mengunjungi tempat yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi keselamatan seperti ke hutan belantara di kaki Gunung Gede Pangrango tersebut.

2. Isitrahat yang cukup

Sebelum memulai perjalanan, pastikan tubuh telah beristirahat dengan cukup. Intinya kurangi aktivitas yang membuat lelah sebelum berangkat.

Jangan sampai tubuh menjadi kelelahan atau sakit yang dapat berakibat fatal pada perjalanan.

3. Makan yang cukup

Jangan lupa penuhi asupan makanan demi menghasilkan energi yang cukup untuk melakukan trekking.

4. Olahraga ringan

Sempatkan olahraga ringan, seperti pemanasan dan jalan santai. Tapi jangan terlalu over dan membuat capek ya!

5. Bawa air minum yang cukup

Ini penting banget! Karena selama melakukan trekking pasti akan banyak keringat yang keluar, yang mana membuat tubuh jadi kehilangan banyak cairan dan mudah haus.

Maka untuk mencegah dehidrasi, jangan lupa membawa air minum yang cukup.

6. Memakai alas kaki yang nyaman

Idealnya sih memakai sepatu khusus untuk trekking dan mendaki gunung demi menghindari kaki sakit seperti yang saya alami.

Namun jika tidak ada, yang penting memakai alas kaki yang paling nyaman dan aman.

7. Don’t expect too much

Buang jauh-jauh ekspektasi bahwa perjalanan akan mudah dan hanya untuk senang-senang.

Karena yang namanya trekking, kita akan menghadapi alam dengan medan yang jauh dari kata nyaman.

8. Just don’t stop often

Terakhir, usahakan untuk tidak sering berisitirahat seperti yang kami lakukan.

Istirahat sejenak tentu boleh, tapi jika terlalu sering dan lama maka akan membuat tubuh jadi cepat lelah serta kehabisan tenaga.

Info Tambahan

Alamat : JL. Cisarua Puncak KM. 10, Desa Cilember, Kec. Cisarua, Puncak, Cimacan, Kec. Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Biaya-biaya :

  • Harga tiket masuk Cibodas : Rp 12.000
  • Harga tiket Curug Cibereum : Rp 18.500
  • Biaya parkir : Rp 3.000/motor
  • Toilet umum : Rp 2.000

Fasilitas :

  • Kantin
  • Toilet umum
  • Parkir kendaraan

Penutup

Berwisata ke Curug Cibereum memang melelahkan, tapi sensasi pengalaman yang diberikan menurut saya sangat worth it dan bisa menjadi kisah yang layak diceritakan di kemudian hari.

Trekking yang dilakukan untuk mencapai lokasi air terjun bisa menjadi semacam latihan bagi yang belum pernah mendaki gunung sebelumnya. Meski tentu saja tidak mudah dan penuh tantangan.

Yang jelas, panorama pemandangan yang disajikan sepanjang perjalanan hingga tiba di lokasi sangat memanjakan mata. Kapok? Enggak dong!

Bagaimana, kamu tertarik mengunjungi Curug Cibereum juga?

About The Author

Fitri Apriyani

You may also like