Selama ini jika ingin berwisata ke Bandung, mungkin sebagian besar dari kita yang langsung terlintas adalah objek-objek wisata yang terletak di daerah Lembang yang sudah terkenal seperti The Lodge Maribaya, Farm House, De Ranch, Floating Market, dll. Padahal objek wisata Bandung tidak selalu berada di Lembang loh. Salah satunya adalah objek wisata alam Tebing Keraton yang beralamat di Dago, Bandung.
Kebanyakan objek wisata di Lembang memang menjadikan spot instagramable sebagai daya tarik utamanya. Saking hitsnya, objek-objek wisata tersebut kerap dipenuhi oleh pengunjung untuk menikmati keindahan pemandangannya sekaligus berburu foto untuk dishare di sosial media. Tidak heran jika pada saat weekend jalan di sekitar Lembang selalu macet, pake banget.
Sedangkan object wisata Tebing Keraton menawarkan daya tarik yang berbeda.
PENGALAMAN KE TEBING KERATON BANDUNG
Saya pernah ke sana pada tahun 2016 bersama teman SMA saya; Budi Indriani dan Putri. Waktu itu hari Minggu, tapi jalan menuju ke sana tidak macet sama sekali.
Entah mungkin karena objek wisatanya yang kurang familiar atau karena kami berangkat lumayan masih pagi, yaitu sekitar pukul 08.00 setelah menyantap sarapan pagi berupa kupat tahu yang sangat enak di sekitar hotel.
Kami kesana naik taksi online. Lama perjalanan hanya kurang lebih satu jam saja.
Saat sudah mendekati lokasi wisata, jalan yang kami lewati menjadi agak sempit dan sedikit menanjak. Di kanan kiri kami terdapat pepohonan rindang, namun tidak selebat saat menuju lokasi Telaga Kumpe.
Wajar saja, karena lokasi wisata Tebing Keraton Bandung ini termasuk Taman Hutan, lebih tepatnya Taman Hutan Rakyat Djuanda.
Walaupun sudah tiba di lokasi, taksi yang mengantar kami tidak bisa mencapai lokasi tepat objek wisatanya, karena jalanan yang sempit dan curam, sehingga hanya boleh dilewati oleh kendaraan roda dua atau pejalan kaki.
Alhasil, kami harus turun dan naik ojek untuk ke atas menuju lokasi inti wisata. Harga Tiket masuk Tebing Keraton terbaru adalah Rp 15.000 (source: travelspromo).
Putri di pinggir pagar pembatas
Memasuki wisata ini seperti memasuki sebuah hutan kecil. Suasananya sepi, tidak ada pengunjung lain selain kami. Hanya tumbuhan hijau dan pepohonan lebat.
Kami kemudian trekking di jalan setapak yang mengarahkan kami pada sebuah spot utama wisata ini, sebuah tebing di atas bukit. Ternyata di sanalah tempat para pengunjung lain berkumpul.
Spot ini tidak terlalu luas dengan dikelilingi pagar pembatas. Pengunjung harus berhati-hati karena di luar pagar adalah jurang yang sangat dalam, dan disarankan untuk tidak keluar pagar.
Yah, walaupun masih ada yang ngeyel keluar pagar demi mendapatkan foto yang lebih dramastis. Di sana juga terdapat bebatuan tempat pengunjung bisa duduk santai.
Pengunjung yang keluar dari pagar pembatas
Pemandangan dari atas tebing ini luar biasa indah. Sensasi menikmati pemandangan alam sekitar dari ketinggian benar-benar menakjubkan.
Tampak bentangan sawah hijau di bawah sana, pepohonan hijau di atas bukit-bukit sejauh mata memandang, gunung nun jauh di sana yang dipayungi langit yang biru cerah.
Bisa dibilang lanskap alam ini hampir mirip saat berada di Puncak Becici Yogyakarta, namun dengan keunikannya masing-masing. Wisata ini juga menjadi salah satu lokasi terbaik untuk menyaksikan matahari terbit dan terbenam di Bandung.
Berpose bersama di pinggir pagar pembatas (note : foto Budi sengaja diberi stiker, karena foto diambil sebelum Budi memutuskan untuk berhijab)
Tidak lupa saya dan dua teman lainnya berselfie ria mengabadikan momen ini. Jika biasanya saat berwisata di daerah Lembang, kebanyakan berfoto berlatarkan spot buatan, di sini berlatarkan lukisan alam yang indah.
Pemandangan indah alami dengan udaranya yang sejuk, bisa dinikmati tanpa harus bermacet ria di perjalanan, dan juga tidak perlu berdesak-desakan dengan pengunjung lain.
Menurut saya, ini adalah kelebihan mengunjungi objek wisata non-Lembang di Bandung. Nah, berwisata ke Tebing Keraton ini bisa menjadi alternatif teman-teman yang ingin memiliki rencana liburan ke Bandung. Tentunya disarankan setelah pandemi covid 19 usai ya 🙂